Senin, November 03, 2008

Nabi yang Membakar Desa Semut

Pengantar

Merusak tidak disukai oleh Allah, bahkan merusak pohon-pohon dan hewan-hewan juga tidak boleh. Oleh karena itu, Allah melarang berbuat kerusakan di muka bumi. Di antara pengrusakan itu adalah pengrusakan terhadap tanaman dan binatang. Pada hari kiamat seorang hamba akan ditanya tentang burung kecil yang dibunuhnya tanpa alasan yang benar.

Termasuk dalam hal ini adalah apa yang disampaikan oleh Rasulullah tentang teguran Allah kepada salah seorang nabi-Nya. Para nabi memiliki tempat tersendiri di sisi Allah, tetapi ini tidak menghalangi untuk meluruskan mereka jika tindak tanduk mereka keliru walaupun itu remeh. Benar, Allah menegur Nabi atas tindakannya yang membakar sebuah desa semut, hanya karena seekor semut menggigitnya.

Teks Hadis

Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Seorang nabi singgah di bawah pohon, dia digigit oleh seekor semut. Dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon itu. Lalu dia memerintahkan agar rumah semut itu dibakar. Maka Allah mewahyukan kepadanya, 'Mengapa tidak hanya satu ekor semut saja?'"

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah, "Bahwasanya seekor semut menggigit salah seorang Nabi, maka dia memerintahkan agar desa semut dibakar. Allah pun mewahyukan kepadanya, 'Hanya karena kamu digigit oleh seekor semut lalu kamu membinasakan sebuah umat yang ber-tasbih.'"

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dalam Kitab Bad'il Khalqi, bab jika lalat jatuh di bejana, 6/356, no. 3219.

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabus Salam, bab larangan membunuh semut, 4/1759, no. 2241.

Penjelasan Hadis

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kepada kita bahwa salah seorang nabi Allah singgah di bawah pohon. Sepertinya dia berteduh dari panas matahari untuk beristirahat dari lelahnya perjalanan. Di dekat dia berteduh terdapat sebuah desa semut. Mungkin singgahnya nabi ini bersama teman-temannya di bumi semut mengganggu mereka. Biasanya semut melawan orang yang mengganggunya dan merusak ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.

Seorang nabi adalah manusia. Dia pun marah seperti mereka. Kadang-kadang dia melakukan tindakan spontan yang membuatnya menyesal setelah itu dan dia disalahkan karenanya. Di antaranya adalah tindakan Nabi ini. Dia marah kepada seekor semut beserta teman-temannya. Dia bertekad menghukum seluruh desa semut. Dia memerintahkan pengikutnya agar menjauhkan barangnya dari bawah pohon itu, kemudian dia menyulut api di desa semut. Maka semut-semut yang sedang berjalan-jalan di desanya dan di sekelilingnya terbakar dan panas api itu sampai kepada semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah.

Keadilan menuntut orang yang tidak bersalah, tidak boleh dihukum karena kesalahan orang lain. Yang menggigit nabi ini hanyalah seekor semut. Jika memang mesti dihukum, maka semestinya yang dihukum hanyalah semut tersebut bukan yang lain. Nabi kita mengajarkan kepada kita bahwa kita berhak melawan orang atau hewan yang menyerang kita, walaupun hewan itu adalah hewan jinak. Semut ini menyerang dan menggigit. Jika orang yang digigitnya menghukumnya, maka dia tidak disalahkan. Adapun menghukum semua semut yang ada di desa itu dan membakar mereka dengan api, ini bukanlah suatu keadilan.

Semut adalah umat ciptaan Allah. Mereka bertasbih dan mensucikan Allah seperti hewan-hewan yang lain. Manusia tidak boleh menyerangnya, kecuali jika mereka menyakitinya. Oleh karena itu, Allah menyalahkan nabi itu dan mencelanya karena dia menghukum melampaui batas. Dia menghukum semut yang tidak bersalah karena kesalahan seekor semut. Dia membunuh umat yang bertasbih kepada Allah. Dan Allah telah berfirman kepadanya untuk menegurnya, "Mengapa tidak hanya satu semut saja? Hanya karena kamu digigit oleh seekor semut, kamu membinaskan umat yang bertasbih kepada Allah."

Orang yang terdidik untuk merasa bersalah jika membunuh seekor semut, dia tidak mungkin setelah itu membunuh manusia tanpa salah dan tanpa alasan yang benar. Dia akan menjadi contoh mulia yang menjaga nyawa hamba-hamba Allah sebagaimana dia menjaga tanaman dan hewan.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

  1. Tidak boleh membunuh semut, sebagaimana tidak boleh membunuh binatang lain, kecuali binatang yang menyerang dan mengganggu. Dalam sebuah hadis terdapat larangan membunuh semut, tawon, hud-hud, dan shurad. (Shurad adalah burung berkepala besar dan berparuh besar, perutnya putih, punggungnya hijau, memangsa serangga dan burung kecil, pent.). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shahih di atas syarat Bukhari Muslim (Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 14/399). Dikecualikan dari larangan membunuh binatang adalah binatang fawasiq yang berjumlah lima, baik dibunuh di daerah halal maupun di daerah haram. Fawasiq yang berjumlah lima ini sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari dalam Shahih-nya adalah tikus, kalajengking, burung gagak, rajawali, dan anjing penggigit. (Shahih Bukhari, 6/355, no. 3314. Selain kelima hewan fawasiq ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam juga memerintahkan membunuh cicak. Beliau menyatakan bahwa membunuhnya adalah berpahala. (lihat hadis-hadis yang memerintahkan membunuhnya dalam Shahih Muslim, 4/1757, no. 2237-2240). Begitu juga beliau memerintahkan membunuh ular, kecuali ular rumah yang tidak dibunuh hingga diperingatkan tiga kali; jika setelah itu masih terlihat di rumah, maka bunuhlah. Dan dikecualikan dari ini adalah dua macam ular, yaitu ular berekor pendek dan ular dengan dua garis putih di punggungnya. Keduanyadibunuh secara mutlak walaupun tinggal di rumah, karena keduanya bisa menyebabakna keguguran dan kebuataan. (lihat hadis-hadis tentang ular dalama Shahih Muslim).
  2. Membakar makhluk hidup tidak dibolehkan dalam syariat kita. Nabi menjelaskan alasan larangan ini, yaitu bahwa yang berhak mengadzab dengan api hanyalah pemilik api. Dan ini mungkin dibolehkan di dalam syariat sebelum kita, karenanya Nabi ini membakar desa semut.
  3. Semut bertasbih kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam hadis. Allah telah memberitakan bahwa segala sesuatu bertasbih dengan memuji Allah, "Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Al-Isra: 44).
  4. Hadis ini menyampaikan bahwa semut adalah sebuah umat. Allah telah memberitakakan bahwa makhluk-makhluk, burung-burung dan hewan-hewan, semuanya adalah umat seperti kita. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu." (Al-An'am 38)

Kajian-kajian modern telah sampai pada hakikat ini melalui pengamatan, penelitian, dan pemikiran.

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 200-204.

NIGHTS IN RODANTHE


Adrienne Willis (Diane Lane), sedang memiliki banyak masalah dan memutuskan menenangkan diri di sebuah rumah pantai di kota Rodanthe, Carolina Utara sekaligus merawat penginapan milik temannya. Tak lama setibanya di penginapan tersebut, badai menerpa dan Dr. Paul Flanner (Richard Gere) juga tiba di penginapan tersebut. Sebagai satu-satunya tamu disana, Flanner tidak sedang melarikan diri melainkan mencoba mendengarkan kata hatinya. Berdua, di minggu yang penuh kejutan, mengubah kehidupan asmara yang terus mengiringi hidup mereka

Jenis Film :Drama Romance
Produser :Denise Di Novi
Produksi :Warner Bros. Pictures
Durasi :97 Min

Pemain :
Richard Gere
Diane Lane
Scott Glenn
Christopher Meloni
Viola Davis

Sutradara :
George C. Wolfe

Penulis :
Ann Peacock
John Romano

QUANTUM OF SOLACE


Dalam film ini, Bond (Daniel Craig) menghadapi Dominic Greene (Mathieu Amalric), seorang anggota organisasi Quantum yang bertindak sebagai ahli lingkungan, dan memimpin kudeta di Bolivia untuk menguasai penyediaan air disana. Bond membalas dendam atas kematian Vesper Lynd, ia dibantu oleh Camille (Olga Kurvlenko), yang juga ingin membunuh Greene.

Jenis Film :Action - Dewasa (adult)
Produser :Michael G. Wilson, Barbara Broccoli
Produksi :Sony Pictures
Durasi :105 Min

Pemain :
Daniel Craig
Olga Kurylenko
Judi Dench
Mathieu Amalric
Gemma Arterton
Jesper Christensen

Sutradara :
Marc Foster

Penulis :
Joshua Zetumer
Paul Haggis
Neal Purvis
Robert W

Sabtu, November 01, 2008

Nabi yang Takjub kepada Kaumnya

Pengantar

Inilah kisah seorang nabiyullah yang diberi umat yang banyak jumlahnya. Dari umatnya itu dia membentuk pasukan yang besar, banyak jumlahnya, dan tangguh. Apa yang dicapai oleh umatnya sangatlah menakjubkan, begitu pula kekuatannya. Dia berkata, "Siapa yang bisa melawan dan menghadang mereka?"

Maka Allah membinasakan tujuh puluh ribu dari kaumnya akibat takjub yang ada padanya.

Teks Hadis

Imam Ahmad meriwayatkan dari Suhaib berkata, apabila Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam shalat, beliau membisikkan sesuatu yang tidak aku mengerti dan tidak menjelaskan kepada kami. Beliau bertanya, "Apakah kalian memperhatikanku?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku teringat salah seorang nabi yang memiliki pasukan dari kaumnya –dalam riwayat lain, 'membanggakan umatnya'- dia berkata, 'Siapa menandingi mereka? Atau, siapa yang bisa melawan mereka? Atau ucapan seperti itu.'

Maka diwahyukan kepadanya, 'Pilihlah satu dari tiga perkara untuk kaummu: Kami biarkan musuh dari selain mereka menguasai mereka, atau kelaparan atau kematian.' Maka Nabi itu bermusyawarah dengan kaumnya dan mereka berkata, 'Engkau adalah nabiyullah, engkau yang memutuskan. Pilihlah untuk kami.' Lalu dia mendirikan shalat setiap kali mereka sedang menghadapi urusan penting. Mereka mengatasinya melalui shalat. Maka dia shalat sesuai dengan kehendak Allah."

Nabi melanjutkan, "Kemudian dia berkata, 'Ya Rabbi, adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Adapun kelaparan, maka jangan. Akan tetapi aku memilih kematian.' Lalu kematian dikirim kepada mereka, dan yang mati di kalangan mereka sebanyak tujuh puluh ribu." Nabi bersabda, "Bisikanku yang kalian perhatikan itu adalah aku berkata, 'Ya Allah, dengan-Mu aku berperang, dengan-Mu aku melawan dan tiada daya dan kekuatan kecuali Allah.'"

Takhrij Hadis

Syaikh Albani dalam Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah, 5/588 no. 2455. berkata, "Diriwayatkan oleh Ahmad (6/16), Abdurrahman bin Mahdi menyampaikan kepada kami, Sulaiman bin Al-Mughirah menyampaikan kepada kami dari Tsabit bin Abdurrahman bin Abi Laila dari Suhaib berkata, aku berkata, "Sanad ini shahih di atas syarat Syaikhain, didukung oleh riwayat Ma'mar dari Tsabit Al-Bunani yang sejenis tanpa doa, yang di akhir hadis dan riwayat lain dan tambahannya adalah tambahannya." Dia menambahkan, "Dan jika dia menyampaikan hadis ini, dia pun menyampaikan hadis yang lain bahwa ada seorang raja dan raja itu memiliki seorang dukun.." hadis selengkapnya.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2/236-237). Diriwayatkan oleh Muslim (8/229-231) dan Ahmad dalam riwayatnya (1/16-17) dari jalan Hammad bin Salamah: Tsabit menyampaikan kepada kami tanpa hadis yang pertama, dan Tirmidzi berkata, "Hadis hasan gharib."

Aku berkata, "Dan sanadnya di atas syarat Syaikhain juga."

Hadis ini disebutkan pula oleh Syaikh Nashir (Al-Bani) dalam Ash-Shaihah (3/50), no. 1061. Dia berkata tentang takhrijnya, "Diriwayatkan oleh Ibnu Nashr dalam Ash-Shalah (2/35) Ishaq bin Ibrahim menyampaikan kepada kami, Abu Usamah memberitakan kepada kami, Sulaiman bin Al-Mughirah menyampaikan kepada kami dari Tsabit Al-Bunani dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Suhaib, lalu dia menyebutkan hadisnya.

Aku berkata, "Ini adalah sanad shahih di atas syarat Syaikhani."

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (4/33, 6/16) dari dua jalan yang lain dari Sulaiman bin Al-Mughirah dan dari jalan Hammad bin Salamah. Tsabit menyampaikan kepada kami hadis senada dengannya, dan di dalamnya terdapat tambahan bahwa shalat itu adalah shalat shubuh, dan berbisik itu terjadi sesudah shalat pada hari-hari perang Hunaian. Dan Darimi meriwayatkan darinya (2/217) ucapannya, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan-Mu aku berperang."

Dan sanad keduanya shahih di atas syarat Muslim.

Penjelasan Hadis

Rasulullah memberitakan kepada kita di dalam hadis ini kisah tentang seorang nabiyullah dengan umat yang besar jumlanya dan tangguh. Dia melihat pemberian Allah ini dan takjub dengan apa yang dilihatnya. Dalam dirinya muncul kekaguman bahwa tidak ada yang mampu menghadapi umatnya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Semestinya orang yang menduduki kursi kenabian tidak boleh bersikap demikian, karena ujub dengan diri sendiri atau dengan anak atau harta atau umat adalah penyakit yang buruk. Seorang mukmin dalam menghadang musuhnya tidak tertipu oleh bala tentaranya yang banyak, tidak kecut dengan bala tentaranya yang sedikit, karena kemenangan hanya dari Allah semata. "Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah." (Ali Imran: 126). "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 249).

Kadangkal membanggakan jumlah yang besar justru menjadi penyebab kekalahan. "Dan (ingatlah) peperangan Hunaian, yaitu pada waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (At-Taubah: 25).

Nabi ini dihukum pada kaumnya. Allah meminta kepadanya untuk memilih bagi umatnya satu dari tiga perkara. Dibiarkannya musuh dari selian mereka menguasasi mereka atau kelaparan atau kematian.

Aku bertanya pada diriku sendiri, rahasia apakah gerangan sehingga nabi itu disuruh memilih satu dari tiga perkara. Maka aku mendapati bahwa satu dari tiga hal itu bisa melemahkan, bahkan melenyapkan kekuatan sebuah umat. Ia menghilangkan ujub yang ada di hati nabi itu dan umatnya. Jika Allah menguasakan musuh dari selain mereka terhadap mereka, maka musuh itu akan menghinakan dan merenggut kehormatan mereka. Jika kelaparan yang menimpa, maka kekuatan mereka lenyap dan mudah untuk dikalahkan. Jika mati, maka jumlah mereka berkurang.

Memilih satu dari tiga perkara adalah perkara yang membingungkan dan perlu pertimbangan yang matang. Nabi ini telah berunding dengan umatnya dan mereka menyerahkan perkara itu kepadanya, karena dia adalah nabiyullah. Para nabi diberi petunjuk dan langkahnya adalah lurus.

Pilihan nabi ini cukup tepat. Dia memilih kematian, bukan kelaparan atau kekuasaan musuh atas mereka. Jika seseorang yang hanya menimbang dengan tolak ukur dunia, niscaya dia memilih lain dari apa yang dipilihnya oleh nabi itu.

Mungkin sebagian orang yang berpikiran dangkal berpendapat bahwa pilihan tepat adalh dikuasakannya musuh atas mereka, karena merka akan tetap hidup walaupun musUh bisa saja membunuh sebagian dari mereka. Akan tetapi nabi ini tidak rela jika kaumnya dihina dan diinjak-injak. Dan pembunuhan tidak bisa terelakkan jika musuh mereka menguasai mereka.

Kelaparan adalah perkara berat. Bisa jadi kelaparan menjadi penyebab kalahnya mereka dari musuh mereka, bahkan mungkin banyak yang mati karenanya.

Memilih kematian adalah memilih sesuatu yang pasti datang. Siapa yang hari ini tidak mati, maka dia akan mati besok atau lusa, tidak ada tempat berlari dan berlindung darinya.

Nabi ini memilih kematian buat umatnya. Orang-orang yang kembali kepada Tuhan mereka diharapkan bisa diterima di sisi-Nya, dan orang-orang yang hidup sesudah mereka diharapakan bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka. Bisa jadi setelah mereka mati, Allah memberi ganti dalam jumlah yang banyak jika Dia berkehendak. Segala perkara berada di tangan Allah.

Nabi ini shalat. Begitulah para nabi dan orang-orang shaleh manakala menghadapi perkara besar, mereka berdiri shalat. Maka dia shalat sebagaimana dikehendaki oleh Allah untuk shalat. Lalu Allah memberinya taufik untuk memilih perkara yang paling ringan. Dia berkata kepada Tuhannya, "Adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Kelaparan juga jangan, akan tetapi kematian."

Kematian menyebar di kalangan mereka seperti api yang menyebar di hamparan rumput kering. Satu persatu wafat. Kematian menjemput dan membinasakan generasi yang tumbuh. Dalam satu hari ada tujuh puluh ribu yang wafat.

Akibat dari ujub yang ada pada nabi ini kepada kaumnya sangatlah mengerikan. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam khawatir seperti ini bisa menimpa para sahabatnya. Maka beliau berbisik setelah shalat, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan-Mu aku berperang." Dan beliau mengingat kisah nabi ini, maka beliau berdoa dengan doa seperti di atas kepada Allah, mengumumkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan serta hanya bergantung kepada kekautan dan daya para sahabatnya. Dalam menghadapi musuh nabi berperang kepada Allah semata, tanpa selain-Nya. Hanya dari-Nya pertolongan dan kemenangan, dan tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan-Nya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memberi pengertian kepada para sahabatnya tentang sebab-sebab kelemahan dan kebinasaan, di antaranya adalah ujub terhadap diri sendiri.

2. Akibat ujub sangatlah mengerikan, sebagaimana yang terjadi pada umat Nabi tersebut. Hal itu karena ujub melemahkan tawakal dan berpijak kepada Allah, serta menjadika seseorang hanya bergantung keapa sebab-sebab materi.

3. Hendaknya para pemimpin, para panglima dan para pengendali urusan harus waspada. Jangan sampai Allah menurunkan apa yang telah Allah timpakan kepada kaum nabi ini. Pada zaman ini kita sering melihat dan mendengar banyakanya kekaguman para pemimpin dan panglima terhadap tentara dan pengikut mereka.

4. Bisa jadi sebab turunnya ujian adalah sesuatu yang samar, hanya diketahui oleh orang yang mengerti agama Allah. Musibah ini bisa menimpa kaum shalih yang berjihad, sementara mereka tidak mengetahui dari mana sebabnya.

5. Adanya umat yang baik dalam jumlah besar sebelum kita. Pada kalangan mereka terdapat orang-orang yang berperang dan berjihad di jalan Allah. Adalm rentang waktu yang pendek, jumlah orang yang mati mencapai tujuh puluh ribu orang.

6. Seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat jika mendhadapi suatu perkara besar. Semoga Allah membimbingnya kepada pilihan yang paling lurus. Termasuk hal ini adlah istikharah yang disyariatkan leh Allah setelah dua rakaat.

7. Dalam perkara yang diharuskan memilih seorang muslim hendaknya tidak tergesa-gesa. Dia harus bermusyawarah seperti yang dilakukan oleh Nabi ini. Dia harus memikirkan dengan matang, menimbang antara pilihan-pilihan yang ada. Dia harus berdoa kepada Allah agar memberinya taufik sehingga bisa memilih dengan benar.

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 205-211.

Nabi yang Takjub kepada Kaumnya

Pengantar

Inilah kisah seorang nabiyullah yang diberi umat yang banyak jumlahnya. Dari umatnya itu dia membentuk pasukan yang besar, banyak jumlahnya, dan tangguh. Apa yang dicapai oleh umatnya sangatlah menakjubkan, begitu pula kekuatannya. Dia berkata, "Siapa yang bisa melawan dan menghadang mereka?"

Maka Allah membinasakan tujuh puluh ribu dari kaumnya akibat takjub yang ada padanya.

Teks Hadis

Imam Ahmad meriwayatkan dari Suhaib berkata, apabila Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam shalat, beliau membisikkan sesuatu yang tidak aku mengerti dan tidak menjelaskan kepada kami. Beliau bertanya, "Apakah kalian memperhatikanku?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku teringat salah seorang nabi yang memiliki pasukan dari kaumnya –dalam riwayat lain, 'membanggakan umatnya'- dia berkata, 'Siapa menandingi mereka? Atau, siapa yang bisa melawan mereka? Atau ucapan seperti itu.'

Maka diwahyukan kepadanya, 'Pilihlah satu dari tiga perkara untuk kaummu: Kami biarkan musuh dari selain mereka menguasai mereka, atau kelaparan atau kematian.' Maka Nabi itu bermusyawarah dengan kaumnya dan mereka berkata, 'Engkau adalah nabiyullah, engkau yang memutuskan. Pilihlah untuk kami.' Lalu dia mendirikan shalat setiap kali mereka sedang menghadapi urusan penting. Mereka mengatasinya melalui shalat. Maka dia shalat sesuai dengan kehendak Allah."

Nabi melanjutkan, "Kemudian dia berkata, 'Ya Rabbi, adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Adapun kelaparan, maka jangan. Akan tetapi aku memilih kematian.' Lalu kematian dikirim kepada mereka, dan yang mati di kalangan mereka sebanyak tujuh puluh ribu." Nabi bersabda, "Bisikanku yang kalian perhatikan itu adalah aku berkata, 'Ya Allah, dengan-Mu aku berperang, dengan-Mu aku melawan dan tiada daya dan kekuatan kecuali Allah.'"

Takhrij Hadis

Syaikh Albani dalam Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah, 5/588 no. 2455. berkata, "Diriwayatkan oleh Ahmad (6/16), Abdurrahman bin Mahdi menyampaikan kepada kami, Sulaiman bin Al-Mughirah menyampaikan kepada kami dari Tsabit bin Abdurrahman bin Abi Laila dari Suhaib berkata, aku berkata, "Sanad ini shahih di atas syarat Syaikhain, didukung oleh riwayat Ma'mar dari Tsabit Al-Bunani yang sejenis tanpa doa, yang di akhir hadis dan riwayat lain dan tambahannya adalah tambahannya." Dia menambahkan, "Dan jika dia menyampaikan hadis ini, dia pun menyampaikan hadis yang lain bahwa ada seorang raja dan raja itu memiliki seorang dukun.." hadis selengkapnya.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2/236-237). Diriwayatkan oleh Muslim (8/229-231) dan Ahmad dalam riwayatnya (1/16-17) dari jalan Hammad bin Salamah: Tsabit menyampaikan kepada kami tanpa hadis yang pertama, dan Tirmidzi berkata, "Hadis hasan gharib."

Aku berkata, "Dan sanadnya di atas syarat Syaikhain juga."

Hadis ini disebutkan pula oleh Syaikh Nashir (Al-Bani) dalam Ash-Shaihah (3/50), no. 1061. Dia berkata tentang takhrijnya, "Diriwayatkan oleh Ibnu Nashr dalam Ash-Shalah (2/35) Ishaq bin Ibrahim menyampaikan kepada kami, Abu Usamah memberitakan kepada kami, Sulaiman bin Al-Mughirah menyampaikan kepada kami dari Tsabit Al-Bunani dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Suhaib, lalu dia menyebutkan hadisnya.

Aku berkata, "Ini adalah sanad shahih di atas syarat Syaikhani."

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (4/33, 6/16) dari dua jalan yang lain dari Sulaiman bin Al-Mughirah dan dari jalan Hammad bin Salamah. Tsabit menyampaikan kepada kami hadis senada dengannya, dan di dalamnya terdapat tambahan bahwa shalat itu adalah shalat shubuh, dan berbisik itu terjadi sesudah shalat pada hari-hari perang Hunaian. Dan Darimi meriwayatkan darinya (2/217) ucapannya, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan-Mu aku berperang."

Dan sanad keduanya shahih di atas syarat Muslim.

Penjelasan Hadis

Rasulullah memberitakan kepada kita di dalam hadis ini kisah tentang seorang nabiyullah dengan umat yang besar jumlanya dan tangguh. Dia melihat pemberian Allah ini dan takjub dengan apa yang dilihatnya. Dalam dirinya muncul kekaguman bahwa tidak ada yang mampu menghadapi umatnya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Semestinya orang yang menduduki kursi kenabian tidak boleh bersikap demikian, karena ujub dengan diri sendiri atau dengan anak atau harta atau umat adalah penyakit yang buruk. Seorang mukmin dalam menghadang musuhnya tidak tertipu oleh bala tentaranya yang banyak, tidak kecut dengan bala tentaranya yang sedikit, karena kemenangan hanya dari Allah semata. "Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah." (Ali Imran: 126). "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 249).

Kadangkal membanggakan jumlah yang besar justru menjadi penyebab kekalahan. "Dan (ingatlah) peperangan Hunaian, yaitu pada waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (At-Taubah: 25).

Nabi ini dihukum pada kaumnya. Allah meminta kepadanya untuk memilih bagi umatnya satu dari tiga perkara. Dibiarkannya musuh dari selian mereka menguasasi mereka atau kelaparan atau kematian.

Aku bertanya pada diriku sendiri, rahasia apakah gerangan sehingga nabi itu disuruh memilih satu dari tiga perkara. Maka aku mendapati bahwa satu dari tiga hal itu bisa melemahkan, bahkan melenyapkan kekuatan sebuah umat. Ia menghilangkan ujub yang ada di hati nabi itu dan umatnya. Jika Allah menguasakan musuh dari selain mereka terhadap mereka, maka musuh itu akan menghinakan dan merenggut kehormatan mereka. Jika kelaparan yang menimpa, maka kekuatan mereka lenyap dan mudah untuk dikalahkan. Jika mati, maka jumlah mereka berkurang.

Memilih satu dari tiga perkara adalah perkara yang membingungkan dan perlu pertimbangan yang matang. Nabi ini telah berunding dengan umatnya dan mereka menyerahkan perkara itu kepadanya, karena dia adalah nabiyullah. Para nabi diberi petunjuk dan langkahnya adalah lurus.

Pilihan nabi ini cukup tepat. Dia memilih kematian, bukan kelaparan atau kekuasaan musuh atas mereka. Jika seseorang yang hanya menimbang dengan tolak ukur dunia, niscaya dia memilih lain dari apa yang dipilihnya oleh nabi itu.

Mungkin sebagian orang yang berpikiran dangkal berpendapat bahwa pilihan tepat adalh dikuasakannya musuh atas mereka, karena merka akan tetap hidup walaupun musUh bisa saja membunuh sebagian dari mereka. Akan tetapi nabi ini tidak rela jika kaumnya dihina dan diinjak-injak. Dan pembunuhan tidak bisa terelakkan jika musuh mereka menguasai mereka.

Kelaparan adalah perkara berat. Bisa jadi kelaparan menjadi penyebab kalahnya mereka dari musuh mereka, bahkan mungkin banyak yang mati karenanya.

Memilih kematian adalah memilih sesuatu yang pasti datang. Siapa yang hari ini tidak mati, maka dia akan mati besok atau lusa, tidak ada tempat berlari dan berlindung darinya.

Nabi ini memilih kematian buat umatnya. Orang-orang yang kembali kepada Tuhan mereka diharapkan bisa diterima di sisi-Nya, dan orang-orang yang hidup sesudah mereka diharapakan bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka. Bisa jadi setelah mereka mati, Allah memberi ganti dalam jumlah yang banyak jika Dia berkehendak. Segala perkara berada di tangan Allah.

Nabi ini shalat. Begitulah para nabi dan orang-orang shaleh manakala menghadapi perkara besar, mereka berdiri shalat. Maka dia shalat sebagaimana dikehendaki oleh Allah untuk shalat. Lalu Allah memberinya taufik untuk memilih perkara yang paling ringan. Dia berkata kepada Tuhannya, "Adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Kelaparan juga jangan, akan tetapi kematian."

Kematian menyebar di kalangan mereka seperti api yang menyebar di hamparan rumput kering. Satu persatu wafat. Kematian menjemput dan membinasakan generasi yang tumbuh. Dalam satu hari ada tujuh puluh ribu yang wafat.

Akibat dari ujub yang ada pada nabi ini kepada kaumnya sangatlah mengerikan. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam khawatir seperti ini bisa menimpa para sahabatnya. Maka beliau berbisik setelah shalat, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan-Mu aku berperang." Dan beliau mengingat kisah nabi ini, maka beliau berdoa dengan doa seperti di atas kepada Allah, mengumumkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan serta hanya bergantung kepada kekautan dan daya para sahabatnya. Dalam menghadapi musuh nabi berperang kepada Allah semata, tanpa selain-Nya. Hanya dari-Nya pertolongan dan kemenangan, dan tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan-Nya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memberi pengertian kepada para sahabatnya tentang sebab-sebab kelemahan dan kebinasaan, di antaranya adalah ujub terhadap diri sendiri.

2. Akibat ujub sangatlah mengerikan, sebagaimana yang terjadi pada umat Nabi tersebut. Hal itu karena ujub melemahkan tawakal dan berpijak kepada Allah, serta menjadika seseorang hanya bergantung keapa sebab-sebab materi.

3. Hendaknya para pemimpin, para panglima dan para pengendali urusan harus waspada. Jangan sampai Allah menurunkan apa yang telah Allah timpakan kepada kaum nabi ini. Pada zaman ini kita sering melihat dan mendengar banyakanya kekaguman para pemimpin dan panglima terhadap tentara dan pengikut mereka.

4. Bisa jadi sebab turunnya ujian adalah sesuatu yang samar, hanya diketahui oleh orang yang mengerti agama Allah. Musibah ini bisa menimpa kaum shalih yang berjihad, sementara mereka tidak mengetahui dari mana sebabnya.

5. Adanya umat yang baik dalam jumlah besar sebelum kita. Pada kalangan mereka terdapat orang-orang yang berperang dan berjihad di jalan Allah. Adalm rentang waktu yang pendek, jumlah orang yang mati mencapai tujuh puluh ribu orang.

6. Seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat jika mendhadapi suatu perkara besar. Semoga Allah membimbingnya kepada pilihan yang paling lurus. Termasuk hal ini adlah istikharah yang disyariatkan leh Allah setelah dua rakaat.

7. Dalam perkara yang diharuskan memilih seorang muslim hendaknya tidak tergesa-gesa. Dia harus bermusyawarah seperti yang dilakukan oleh Nabi ini. Dia harus memikirkan dengan matang, menimbang antara pilihan-pilihan yang ada. Dia harus berdoa kepada Allah agar memberinya taufik sehingga bisa memilih dengan benar.

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 205-211.

Isa Mendustakan Kedua Matanya dan Membenarkan Pencuri

Pengantar

Kisah ini hanya sepotong dan pendek, tetapi berharga sekali. Kisah ini menunjukkan sejauh mana para Nabi dan Rasul dalam urusan ta'dzim kepada Allah. Isa melihat seorang yang mencuri, maka Isa mendustakan kedua matanya dan mempercayai pencuri itu.

Teks Hadis

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam beliau bersabda, "Isa bin Maryam melihat seorang laki-laki mencuri. Isa bertanya kepadanya, 'Apakah kamu mencuri?' Dia menjawab, 'Tidak mungkin, demi Allah yang tidak ada Tuhan yang hak kecuali Dia.' Isa berkata, 'Aku beriman kepada Allah dan aku mendustakan mataku'."

Takhrij Hadis

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya bab Firman Allah, "Dan ceritakanlah kisah Maryam di dalam Al-Qur'an." (Maryam: 16) (6/478, no. 3443).

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabul Fadhail, bab keutamaan Isa (4/1838), no. 2366. Hadis ini dalam Syarah An-Nawawi, 15/506.

Penjelasan Hadis

Para Rasul dan Nabi adalah manusia dengan cetakan tersendiri, khususnya dalam hal ta'dzim kepada Tuhan mereka dan pensucian mereka kepada-Nya. Nabiyullah Isa Alaihis Salam melihat dengan kedua matanya seorang pencuri yang sedang mencuri namun dia mendustakan kedua matanya dan mempercayai pencuri ketika dia bersumpah dengan nama Allah yang tidak Tuhan yang hak kecuali Dia, bahwa dirinya tidak mencuri. Isa bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan antara orang jujur dengan pendusta, akan tetapi Allah di hati Isa adalah lebih agung dari sekedar Dia digunakan oleh seseorang untuk bersumpah secara dusta.

Pencuri ini berhasil lolos dari Isa. Akan tetapi mana mungkin dia akan lolos dari adzab dan balasan Allah? Para rasul dan nabi tidak diutus sebagai polisi. Allahlah yang akan mengawasi, mengurusi, dan menghisab. Allah tidak membebani para rasul –lebih-lebih jika mereka bukan pemimpin dan hakim- untuk menghisab dan menghukum manusia.

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 212-213.

Koleksi EBook

Ini adalah beberapa koleksi EBook yang telah saya kumpulkan dari Internet. Semoga bisa bermanfaat buat teman-teman:

Stop The War!

Stop The War!