Rabu, Juni 18, 2008

Gambaran Umum Global Warming, Efek Dan Cara Untuk Mencegah Pemanasan Global Dunia


Kita semua sama2 tahu bahwa pemanasan global sedang terjadi. IPCC melaporakn penelitiannya bahwa 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.

Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Yah,,,kita semua sudah mengetahui itu… dan sebagian orang tetap mencoba untuk memberitahukan bahwa kejadian ini benar-benar sedang terjadi… namun tetap tidak sedikit orang yang masih tidak peduli. Mungkin karena kita masih merasa nyaman dengan keadaan sekarang…bisa menikamti semuanya mulai dari makanan, air, udara, daratan yang sukup untuk bermain bola, social yang masih cukup damai, dll…

Yah…itu saat ini…lalu bagaimana jika 10 tahun lagi, atau 20 tahun, atau sampai 30 tahun lagi. Saya tahu tidak akan terjadi perubahan yang signifikan saat ini karena kita semua masih menganggap ini hal yang biasa, tapi saya akan menjadi manusia yang sangat bodoh jika saya tidak terus mencoba untuk menginformasikan ini.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Ada beberapa cara mudah yang bias kita lakukan, yaitu ;

  1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
  2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
  3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
  4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
  5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
  6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
  7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
  8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
  9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
  10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
  11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
  12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

Dan saya yakin anda cukup pintar untuk menanggapinya….makasih

Senin, Juni 16, 2008

Mengaku Rasul; Sesat


Heboh ajaran sesat berbagai sekte yang dianggap sebagian kalangan sebagai ajaran sesat belakangan melatari kisah dibuatnya film produksi Starvision Pictures ini. Konon fenomena seseorang yang mengaku dirinya sebagai Nabi telah marak terjadi di berbagai belahan dunia beberapa tahun terakhir. Di Indonesia sebagai contoh kasus yang masih hangat dan mengundang kontroversi tentu saja adalah aliran Ahmadiyah. Namun dalam film arahan Helfi C. Kardit kali ini ceritanya bukan saja tentang ajaran agama semata yang menyimpang namun ada juga muatan moralitas.

Intro film dibuka saat Guru Samir (Ray Sahetapi) terlihat berdakwah dengan berlebihan di sebuah perkampungan yang sebagian besar penduduknya miskin. Dakwahnya yang menggebu membuatnya mendapat hati masyarakat setempat sehingga Guru Samir pun membuka sebuah padepokan yang bertujuan untuk menampung orang-orang tersesat agar kembali ke jalan yang sesuai dengan ajaran Guru Samir. Salah satu diantaranya adalah sosok Rianti (Jian Batari) yang kabur dari rumahnya demi mencari ketenangan hidup setelah "dikhianati" sang kekasih.

Di lingkungan padepokan Guru Samir memiliki empat isteri, salah satunya adalah Saijah (Vonny Cornellya) yang memiliki dua orang putera yakni Reihan (M.Ihsan) dan Sarah. Setelah kaburnya Rianti ke padepokan, tidak berapa lama sang kekasih Ajie (Alblen) menyusulnya. Penampilannya yang nyeleneh ala rocker memancing para murid padepokan termasuk Guru Samir. Ajie yang memiliki tujuan mengantar pulang Rianti ke orang tuanya memutuskan untuk bergabung dengan padepokan Guru Samir dan berusaha menyelidiki ajaran sesat yang disebarkan Guru Samir. Sayangnya kharisma Samir keburu melekat pada sebagian murid termasuk Rianti, Ajie pun dibantu Reihan berusaha menyadarkan Rianti untuk pulang. Berhasilkah usaha mereka?

Film yang menjadi catatan ke-5 karir penyutradaraan bagi Helfi C. Kardit ini digarap cukup detil dengan memperhatikan tata suara dan gambar yang cukup bagus alias tidak terkesan murahan. Helfi sendiri membagi filmnya dengan tiga babak, yakni; saat sebelum kejadian, saat kini, dan saat setelah kejadian. Ramuan ketiga babak ini mampu diterjemahkan oleh Helfi dengan metode pergantian warna di setiap adegan yang cukup penting sebagai panduan bagi penonton. Dari segi pemain, film ini menyuguhkan kita akting dua penyanyi yang sebelumnya pernah berkecimpung di layar sinetron seperti Vonny Cornellya (dari grup Bening) dan M. Ihsan (jebolan Indonesian Idol), sayangnya akting Vonny terlihat kedodoran saat memerankan seorang ibu yang memiliki putra berusia 18 tahun.

"Mengaku Rasul" akan beredar secara serentak di bioskop tanah air mulai 5 Juni mendatang.(wal)


EDITOR NOTES:

Jangan sampai ikut tersesat ketika menontonnya!



Rating : 6/10

Jenis Film : Drama religi
Produser : Chand Parwez Zervia
Produksi : Starvision
Pemain : Ray Sahetapy, Vonny Cornellya, Jian Batari, M. Ihsan Tarore, Hengky Tarnando, Baby Zelvia, Alblen Fillindo Fabe
Sutradara : Helfi Kardit
Penulis : Taufik Daraming Tahir, Helfi Kardit


(Sumber: www.amild.com)

The Happening


Sutradara kelahiran India, M. Night Shyamalan, setelah menuai sukses dengan debut filmnya "The Sixth Sense" (1999) dan Signs (2002) yang menuai banyak pujian, akhirnya dikenal sebagai salah satu sutradara yang banyak memainkan twist dalam setiap film yang dibuatnya. Tidak terkecuali film terbarunya yang beredar pada musim panas ini, "The Happening". Dalam film yang skenarionya juga ditulis oleh Syamalan ini, penonton kembali diajak untuk berpikir keras dengan teka-teki yang disajikan sepanjang film. Menilik karyanya setelah "The Sixth Sense" yang sensasional itu, banyak kritisi menilai bahwa Shyamalan mengalami penurunan kualitas dalam hal membuat skenario setelah "The Village" (2004) dan "Lady In The Water" (2006) yang jeblok saat dirilis. Tapi lewat "The Happening", sang sutradara yang memang banci tampil di setiap filmnya dengan berperan sebagai cameo ini mencoba untuk membuktikan diri kembali pada penonton bahwa filmnya layak tonton.

Kisah dibuka saat salah satu taman publik terkenal di dunia yaitu Central Park di New York terserang oleh suatu "virus" ganas yang menyebar di udara lewat tanaman di sekitarnya. Dalam sekejap, orang-orang yang menghirup angin sepoi yang bertiup akan kehilangan kendali. Mereka akan mencoba membunuh dirinya sendiri dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Kejadian aneh ini tentu saja menimbulkan kepanikan luar biasa di sepanjang wilayah pantai timur Amerika yang dilalui oleh angin sepoi tersebut. Layaknya angin tornado, datangnya "angin virus" ini pun tanpa bisa ditebak.

Survivor yang mencoba bertahan hidup dalam kasus luar biasa tersebut diwakili oleh sosok Elliot Moore (Mark Wahlberg), yang menjadi pengajar matematika di sebuah sekolah menengah di Philadelphia, bersama sang isteri Alma Moore (Zooey Deschanel) dan sahabatnya Julian (John Leguizamo) yang juga pengajar dan sang putri Jess (Ashlyn Sanchez), mereka berempat berusaha bertahan hidup dengan berlari menuju kawasan Barat Amerika, yang dikisahkan aman dari "virus angin". Di tengah pelarian, kepanikan akan "virus angin" ternyata sudah menyebar luas dan telah jatuh korban yang cukup banyak. Mereka pun berusaha mencari tahu apa yang terjadi dan menghindari hal-hal yang dianggap memicu datangnya sang "virus angin". Bagaimana akhir kisah ini? Seperti biasa, Shyamalan tidak akan membiarkan penontonnya beranjak dari bangku sebelum film benar-benar selesai.(wal)



EDITOR NOTES:

Dibandingkan dengan "Lady In The Water", karya Shyamalan kali ini lumayan bagus. Buat yang kangen dengan penampilan aktor Mark Wahlberg, saatnya menonton aksi terbarunya dalam "The Happening".

Rating : 7/10

Jenis Film : Action/thriller
Pemain : Mark Wahlberg, Zooey Deschanel, Ashlyn Sanchez, John Leguizamo
Sutradara : M. Night Shyamalan
Penulis : M. Night Shyamalan
Produser : M. Night Shyamalan, Sam Mercer, Barry Mendel
Produksi : 20th Century Fox
Homepage : www.thehappeningmovie.com
Trailer : www.thehappeningmovie.com


(Sumber : www.amild.com)

Selasa, Juni 10, 2008

Memberi warna record aktif pada TDBGrid

Mungkin Anda ingin memberi warna record aktif pada TDBGrid dengan warna yang lain (tidak sama dengan warna record yang tidak atif). Untuk itu tambahkan kode berikut ini pada even DBGrid.OnDrawColumnCell :

type
TCustomDBGridCracker = class(TCustomDBGrid);

procedure TForm1.DBGrid1DrawColumnCell(Sender: TObject;
const Rect: TRect; DataCol: Integer; Column: TColumn;
State: TGridDrawState);
begin
with TCustomDBGridCracker(Sender) do
if DataLink.ActiveRecord = Row - 1 then
Canvas.Brush.Color := clRed
else
Canvas.Brush.Color := clWhite;
DBGrid1.DefaultDrawColumnCell(Rect, DataCol, Column, State);
end;

Memilih Headlamp Saat Hujan


Salah satu faktor safety riding yang terpenting saat musim hujan dengan memperhatikan jenis headlamp. Banyak jenis headlamp yang beredar dipasaran tentunya dengan fungsi dan karakter penyinaran masing–masing. Misalnya tipe H1, H2, H3, H4 dan seterusnya juga dengan warna yang bervariasi seperti putih, kuning, biru, dan biru legam.

Terlepas dari merek, terdapat beberapa headlamp yang mencatumkan angka 2600K, 3200K, 5000K, dan seterusnya. Angka yang tercantum tersebut menunjukan Color Temperatur (CT) dengan satuan suhu Kelvin. Semakin tinggi angka CT maka sinar lampu yang dihasilkan semakin mendekati warna biru.

Untuk kondisi cuaca buruk seperti hujan dan kabut, sebaiknya menggunakan headlamp dengan angka CT yang rendah yakni 2600K–3000K yang berlapis kaca warna kuning keemasan, dengan spektrum penyinaran dominan kuning. Biasa disebut headlamp jenis four season atau all weather.

Pasalnya dalam kondisi cuaca buruk untuk menambah jarak pandang mata, kita memerlukan bantuan sinar yang lebih tajam dan mampu menembus kabut atau air hujan yakni sinar headlamp dengan spektrum warna dominan kuning. Satu prinsip yang harus diingat, angka CT tidak menunjukan terangnya cahaya headlamp, melainkan menunjukan spektrum warna yang dikeluarkan.

Semakin rendah angka CT maka warna yang dikeluarkan semakin kuning, dan semakin tinggi angka CT maka warna yang dihasilkan semakin mendekati kebiruan hingga putih.

Untuk musim hujan sebaiknya anda menggunakan headlamp dengan CT yang rendah, agar sinar lampu yang dihasilkan bisa terlihat saat hujan dan kabut turun.

Lampu Halogen White atau mungkin kita biasa kita sebut sebagai lampu Xenon, dengan Kaca lampu dilapis warna biru. Sinar yang dihasilkan berwarna putih kebiruan.

Perlu diingat, bahwa lapisan biru itu dimaksudkan untuk membuang spektrum warna kuning dan merah. Sehingga akan terlihat cenderung ke arah putih dan biru. Lampu yang bercahaya kebiruan tidak disarankan untuk digunakan saat hujan atau cuaca buruk. Jadi jika tiba-tiba saat touring ada hujan atau cuacan buruk maka harus kena hujan atau cuaca buruk maka tidak safety ridding.

Fakta lain adalah, lampu yang dilapis biru, umumnya untuk mengejar kesan Putih kebiruan pada cahaya yang dikeluarkannya, namun lapisan biru itu memangkas Lumens (light output) dari pijaran filament-nya sehingga dengan watt yang sama, lampu tersebut akan lebih redup daripada lampu yang bening.

Biasanya untuk menyiasatinya digunakan filamen yang lebih tebal sehingga membutuhkan Watt yang lebih besar, biasanya rata-rata 35 Watt agar cahaya lampu kembali terang dan tentunya tidak standar dengan standar setting produsen antara 25 Watt sampai dengan toleransi 32 watt, Jadi itu artinya melebihi batas toleransi sebesar 3 Watt.

Panas yang dikeluarkan akan lebih besar ketimbang lampu halogen biasa, jika rumah lampu tidak mendukung sirkulasi udara panasnya, akan membuat lampu biru tersebut lebih cepat putus, atau rumah lampu / reflektor atau cepat gosong dan meleleh. Semoga informasi ini bermanfaat.


(Sumber : Motorplus-online.com)

Stop The War!

Stop The War!